Cara Sederhana Beradaptasi Dengan Keluarga Pasangan
Wednesday, September 11, 2019
klinikabar.com, Cara Sederhana Beradaptasi Dengan Keluarga Pasangan - Pernikahan tidak cum bermakna menyatukan dua individu, tapi justru menyatukan dua keluarga besar untuk melakukan kebajikan di jalan Allah. Jika anda menikahi seseorang, maka itu berarti anda juga menikahi keluarganya. Karena dalam Islam kedudukan mertua sama dengan orangtua kandung, maka itu dalam Islam tidak ada istilah "mantan mertua" sekalipun dalam kondisi perceraian.
Dengan demikian kewajiban seorang menantu kepada mertuanya sama dengan kewajiban sorang anak kepada orangtuanya. Maka seperti halnya pada orang tua, kita juga harus merendah dan senantiasa mendoakan mereka. Sebagaiaman firman Allah " Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah : Wahi Tuhanku kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Al Israa: 24).
Cara Berkomunikasi Dengan Keluarga Pasangan
Kedudukan orangtua sangat tinggi dalam Islam, bahkan berbakti kepada orangtua merupakan salah satu amalan yang paling dicintai Allah. Dari Ibnu Mas'ud, dia berkata "aku bertanya kepada Rasulullah saw, tentang "amal apa yang dicintai oleh Allah dan RosulNya?' Beliau menjawab "sholat pada waktunya", lalu aku bertanya 'Apa lagi?' Beliau menjawab "berbaktilah kepada orang tua", aku bertanya lagi 'Kemudian apa lagi?' Lalu terakhir beliau menjawab " Berjihad di jalan Allah" (HR. Bukhari dan Muslim).
Bagaimana kita seterusnya memperlakukan mertua, hendaknya kita mencontoh perilaku Rasulullah, yang secara kebetulan mertua Rasululah adalah para sahabatnya. Meski begitu, beliau selalu bisa menempatkan diri. Satu saat beliau menghormati mereka layaknya orang tua, di saat yang lain, beliau memperlakukan mereka dengan baik dalam posisi sebagai sahabat, dan menjadikan mereka anak buah beliau dalam peperangan.
Cara Menjalin Komunikasi Yang Baik Dengan Ipar
Selain dengan mertua, Islam juga mengatur cara kita berkomunikasi atau berhubungan dengan saudara ipar. Selayaknya saudara ipar, ipar juga harus kita perlakukan dengan baik. Namun tentu saja ada batasan yang harus dipatuhi, misalnya tidak boleh masuk ke dalam rumah tanpa seizin suami. Batasan ini sering tidak di hiraukan oleh suami. Para suami seringkali membiarkan saja keluarga dekat atau teman laki-lakinya keluar masuk rumah, bahkan duduk bersama istrinya.
Padahal tindakan seperti itu tidak seperti itu tidak bisa dibenarkan, karena banyak kasus fitnah terjadi berawal dari sikap cuex suami ini. Bahkan saking bahayanya Rosul menganalohikan ipar dengan "kematian". Bila Rosul menyamakannya dengan kematian, itu karena keluar masuknya mereka di tengah-tengah kaum wanita bisa menyebabkan kehancuran rumah tangga.
Sebagaimana sabda Rosul, "Berhati-hatilah memasuki tempat kaum wanita. Seseorang bertanya : Ya Rasulullah bagaimana dengan Al-hamu?' Nabi menjawab : Al-hamu adalah maut (kematian). (HR. Bukhari dan Muslim). Al-hamu adalah ipar laki-laki atau keluarga dekat suami dan istri yang laki-laki.
Friksi Dengan Ibu Mertua
Bagi sebagian pasangan, seringkali pemicu konflik dalam rumah tangga bukan berasal dari suami atau dari istri, tapi justru dari keluarga pasangan masing-masing. Ada saja yang diributkan, mulai dari ipar yang terlalu banyak menuntut hingga mertua yang terlalu ikut campur. Karena menyangkur keluarga pasangan, biasanya persoalan akan semakin rumit. Salah bicara atau salah bertindak, bisa jadi yang tersinggung atau yang terluka tidak hanya pasangan, namun beserta keluarga besarnya. Oleh karena itu, perlu penanganan serius untuk menyelesaikannya.
Biasanya, yang sering menjadi sorotan adalah hubungan antara ibu meryua dengan menantu perempuannya. Perselisihan antara mereka sering kali kita dengar. Mengapa seringkali menantu perempuan sering merasa kesulitan berhubungan baik dengan mertuanya? Padahal tidak demikian halnya dengan mertua laki-laki, menurut psikolog, hal itu penyebabnya adalah masalah kepribadian. Jadi, tidak semua mertua itu menyebalkan, banyak juga mertua yang disukai.
Ibu mertua yang menjadi idaman biasanya memiliki kepribadian terbuka pada menantunya. Ia bersedia membantu meringankan beban menantu dan sikapnya selalu hangat. Sementara mertua yang tidak disukai adalah mertua yang memiliki sikap cenderung dominan, suka terlibat, dan suka intervensi urusan intern dalam rumah tangga anaknya.
Kesimpulan
Mengapa mertua sering ikut campur? Seringkali kita temukan ibu mertua bersaing dengan menantu untuk mendapat perhatian dari anaknya. Penyebabnya karena masih banyak para mertua yang belum rela melepas anaknya secara seutuhnya untuk hidup bersama orang lain. Atau bisa juga karena mereka merasa masih dibutuhkan. Hanya saja terkadang implementasi dari merasa dibutuhkan itu adalah dengan intervensi secara berlebihan.
Cara menghadapi mertua yang seperti itu adalah lihat alasan kenapa mertua terlalu intervensi urusan rumah tangga anaknya, dan cari tau kenapa dia terlalu melindungi anaknya, dan tidak terlalu rela anaknya hidup bersama anda. Lihat sebenernya apa yang dibutuhkan ibu mertua. Jangan-jangan ibu mertua yang dibutuhkan adalah pengakuan, bahwa dia adalah ibu yang handal, hebat, ibu yang dibutuhkan anak-anaknya, atau butuh menjadi bagian dari anaknya. Bila itu terjadi, maka anda harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu agar anda dapat beradaptasi dengan ibu mertua atau dengan keluarga pasangan secara sederhana.