Perkembangan Janin Usia Kehamilan 27 Minggu
Saturday, April 06, 2019
klinikabar.com, Perkembangan Janin Usia Kehamilan 27 Minggu - Disaat usia kehamilan 27 minggu, ibu hamil jangan mudah terpancing emosi, karena berpengaruh pada perkembangan janin dan janin bisa menjadi ikut gelisah. Ketika usia kehamilan 27 minggu, perkembangan janin memiliki berat sudah melebihi 1.000 gram. Dari bokong sampai puncak kepala, panjangnya sekitar 24 cm. di minggu ini kelompok mata yang selama ini menutup rapat, mulai membuka. Sementara retina yang berada di bagian belakang mata, membentuk lapisan-lapisan yang berfungsi menerima cahaya dan informasi mengenai pencahayaan itu sekaligus meneruskannya ke otak.
Kehamilan 27 Minggu
Jika terjadi kesalahan pembentukan lapisan-lapisan ini di usia kehamilan 27 minggu, kelak memunculkan katarak kongenital atau bawaan saat bayi dilahirkan. Lensa jadi berkabut atau keputihan. Walaupun ini dipicu oleh faktor genetik, katarak bawaan ini juga ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang terserang rubella.
Baca Juga Gejala Rubella Dan Cara Mengobatinya
Hindari Obat-Obat Anti Depresan Di Usia Kehamilan 27 Minggu
akan halnya obat-obatan antidepresan, takkan sembarangan diberikan, terlebih 12 minggu pertama, karena bisa berpengaruh pada liver janin. Itu sebabnya, pemberian obat-obatan anti depresan merupakan langkah terakhir yang mau tidak mau harus diambil.
Cara Mengatasi Depresi Saat Hamil
Kondisi stres akan merangsang pengeluaran hormon adrenalin secara berlebihan, hingga jadi gampang terusik dan mudah melampiaskan kemarahan pada orang lain. Padahal, demi kebaikan janin, ibu hamil diharapkan berada dalam kondisi emosi yang tenang dan stabil. Sementara itu, untuk menghasilkan hormon adrenalin yang antara lain bertugas mengatur pengaturan dan pelebaran pembuluh darah dibutuhkan kehadiran zat-zat gizi penting seperti vitamin B dan mineral-mineral tertentu semisal seng, kalsium, dan kalium. Terkurasnya zat-zat penting ini jelas berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh sehingga mudah terserang infeksi.
Sedihnya, 10 persen wanita hamil berpeluang mengalami depresi dalam berbagai tingkatan dan beragam penyebab. Terutama, mereka yang kepribadiannya kurang matang, atau mengalami infertilitas dan kini tiba-tiba hamil setelah menunggu sekian lama. Begitu juga mereka yang berulang kali mengalami keguguran. Pengalaman masa lalu membuat mereka jadi khawatir berlebih, semisal "jangan-jangan aku cuma mimpi, ya" atau "aduh gimana ya, kalau aku nanti keguguran lagi" dan segudang kekhawatiran berlebih lainnya.
Sayangnya, keluhan-keluhan semacam ini kerap tidak diartikan serius atau malah ibu dituduh mengada-ngada lantaran orang-orang disekitar justru menganggap ia tengah menjalani saat-saat yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Padahal, masalah-masalah di seputar kehamilan sendiri cukup membuat pusing. Mulai dari keluhan sulit makan karena mual-muntah terus, harus bedrest, tidak bisa kerja maksimal sampai pada ungkapan penyesalan sebagai ketidaksiapannya menjalani kehamilan tersebut. Belum lagi masalah-masalah diluar kehamilan semisal konflik dengan pasangan hidup.
Padahal, depresi sangat terkait dengan masalah kemampuan merawat diri sendiri maupun anaknya, jadi kalau tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin akan berlanjut menjadi postpartum blues. Celakanya, stres atau depresi akan mengacaukan pola makan. Entah jadi kehilangan nafsu makan atau justru sebaliknya, rakus atau ngawur tidak terkendali. Kepada si ibu etu harus dibangkitakan kesadaran bahwa ia memiliki tanggung jawab pribadi terhadap bayinya. Individu yang depresi akan memiliki kadar vitamin B12 yang rendah. Padahal kekurangan vitamin B12 ini justru melipatgandakan risiko yang bersangkutan mengalami depresi. Sebab vitamin ini memegang peranan penting dalam metabolisme tubuh dan pemulihan kondisi kesehatan.
Stres atau depresi pada ibu hamil pun berkaitan erat dengan rendahnya produksi serotonin yang bertugas merangsang pengerutan otot polos, terutama otot pencernaan, itu sebabnya mereka mengalami stres atau depresi akan mengalami gangguan pencernaan. Akibatnya, proses penyerapan zat-zat penting pun jadi terganggu.
Selain mengatasi stres dan depresi, ibu hamil pun diharapkan menghindari beberapa jenis makanan yang diketahui dapat menimbulkan stres. Diantaranya kopi, minuman ringan, gula, alkohol. Kopi mengandung kafein yang akan cepat diserap oleh tubuh guna merangsang sistem saraf pusat dan membuat tubuh terjaga, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah serta dapat menyebabkan iritasi lambung. Selain itu, kafein bersifat diuretik yang menyebabkan vitamin B dan vitamin C yang larut dalam air ikut terbuang lewat air kencing dan juga menurunkan mineral penting misalnya kalium, kalsium dan magnesium yang secara potensial dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Padahal, keseimbangan elektrolit berfungsi menjaga kerja jantung dan alat-alat tubuh lainnya.
Depresi pada ibu hamil pun akan berdampak pada proses persalinan serta janinnya. Ibu hamil yang selalu gelisah dan cemas serta takut, anaknya kelak akan mengalami kesulitan belajar, tidak bisa konsentrasi, sering ketakutan, bahkan tidak jarang hiperaktif. Karena, bila ibu hamil gelisah, akan ada perubahan-perubahan neurotransmiter di otaknya yang akan mempengaruhi sistem neurotransmitter si janin melalui plasenta. Sementara bila ibu selalu dalam keadaan takut akan meningkatkan produksi neural adrenalin dan serotonin yang bisa masuk ke peredaran darah janin, hingga mempengaruhi sarafnya.
Penutup
Selain dampak yang disebutkan sebelumnya, disaat usia kandungan 27 minggu tidak boleh terlalu stres dan terpuruk karena dapat mempengaruhi HIS (kontraksi rahim pada saat persalinan) si ibu pun jadi tidak teratur, jalan lahir bisa sangat kaku dan sulit membuka. Alhasil, bayi tidak kunjung turun ke jalan lahir. Kalau terjadi deviasi persalinan seperti ini biasanya dokter akan melakukan sesar setelah sebelumnya dicoba memberikan stimulus untuk HIS namun tidak memperlihatkan hasil yang diharapkan.