Penggunaan Dan Mekanisme Kerja Obat Kemoterapi
Monday, February 18, 2019
klinikabar.com, Kemoterapi - Definisi Kemoterapi adalah cara pengobatan penyakit yang diakibatkan oleh parasit (bakteri, virus, fungi, protozoa, dan cacing) dengan obat-obat kimia dimana parasit dikeluarkan dari tubuh tanpa merusak jaringan tubuh. Sel-sel kanker adakalanya bisa dikembangkan dan ditularkan ke organisme lain seperti halnya dengan bakteri, sehingga obat-obat kanker atau sitostatika dikelompokan ke dalam obat-obat kemoterapi.
Penggolongan Kemoterapetika :
- Antibiotika
- Fungisida
- Virustatika
- Sulfonamida dan antiseptik saluran kemih
- Obat-obat tuberkulosis
- Obat-obat lepra
- Obat-obat malaria
- Sitostatika
- Antiseptik dan desinfektan
Mekanisme Kerja Obat-Obat Kemoterapetika
Mekanisme kerja Kemoterapetika adalah dengan menghambat sintesis materi-materi penting dari parasit (bakteri, virus, fungi, dll) misalnya :
1. Dinding sel : sintetisnya terganggu sehingga dinding sel terbentuk kurang sempurna dan tidak kuat menahan tekanan osmotik dari plasma, sehingga sel pecah, misalnya :
a. Golongan penisilin
b. Golongan sefalosporin
2. Membran sel : molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan sintetisnya sehingga lebih permeable sehingga zat-zat penting dari sel dapat keluar, misalnya :
- Nystatin
- Amphotericin
- Spiramisin
3. Protein sel : misalnya : kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, erytromisin dan linkomisin.
4. Asam-asam nukleat (DNA dan RNA) : misalnya rifampisin (RNA), asam nalidiksat (DNA)
5. Antagonis saingan : obat bersaing dengan zat-zat yang penting untuk metabolisme sel bakteri sehingga pertukaran zatnya terhenti, misalnya sulfonamida, trimetoprim, PAS dan INH.
Penggunaan Dan Pilihan Obat Kemoterapi
1. Pada infeksi berat dianjurkan agar terlebih dahulu dilakukan pembiakan bakteri yang menginfeksi dari cairan tubuh seperti : darah, nanah, atau dahak untuk menentukan jenis kuman yang menginfeksi dan kemoterapeutik mana yang paling aktif?
2. Pada prakteknya hal ini sulit dilakukan mengingat keterbatasan fasilitas untuk membiarkan bakteri serta waktu tunggu yang cukup lama
3. Dosis : hendaknya dipilih dosis sedemikian tinggi, tetapi tidak melebihi dosis maksimal agar konsentrasi obat di jaringan melebihi MIC ( Minimal Inhibitory Concentration)
4. Frekuensi penakaran : tergantung dari plasma half - life (±1/2) dari obat tersebut, jika ±1/2 nya pendek maka frekuensi pemberian harus sering (sampai 4 kali sehari, tetapi jika ± 1/2 nya panjang maka frekwensi pemberian dapat dikurangi (sampai satu kali sehari).
5. Lama terapi : harus cukup panjang untuk menghindarkan kambuhnya penyakit, biasanya hingga 3-4 hari setelah gejala penyakit hilang. untuk kasus-kasus tertentu diperlukan terapi lebih lama, misalnya ; tifus, TBC, endokarditis dan lepra.