6 Cara Mencegah Pelecehan Seksual Pada Anak
Thursday, January 03, 2019
klinikabar.com, Cara Mencegah Pelecehan Seksual Pada Anak - Pelecehan seksual kian menjadi ancaman bagi anak-anak, tidak hanya merampas keceriaannya, kekerasan seksual yang menimbulkan kerusakan, baik fisik maupun kerusakan mental, seperti rasa malu, tidak berdaya, tidak aman, dan rasa tersakiti ini juga merebut masa depan anak.
Nampaknya, korban dari kejadian tragis ini semakin hari semakin bertambah saja, lalu bagaimana cara melindungi dan menghadapinya? Berikut adalah uraian lengkap tentang cara melindungi dan menghadapi kasus pelecehan seksual pada anak.
Semakin Sering Anak Mendapatkan Pelecehan Seksual Akan Semakin Sulit
Selain pelecehan seksual secara fisik yang ditandai dengan adanya sentuhan yang bersifat sensual tidak diinginkan oleh korban di area tubuh korban atau area tubuh anak. Pelecehan seksual juga bisa dilakukan secara verbal, yaitu ditandai dengan kata-kata sensual, seperti rayuan maupun komentar negatif yang ditujukan kepada korban. dampak dari pelecehan seksual pada anak akan berbeda-beda pada setiap anak, tergantung pada kepribadian atau temperamen.
Anak yang cenderung terbuka dan bermuatan energi positif akan mudah beradaptasi dan cenderung lebih mudah pulih dari trauma mereka, sedangkan anak-anak yang cenderung tertutup, sulit beradaptasi, bermuatan energi negatif dan sensitif akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan upaya lebih besar untuk pulih dari trauma mereka.
Kekerasan atau pelecehan fisik lebih sering meninggalkan trauma yang lebih besar daripada kekerasan atau pelecehan verbal, selain itu, frekuensi dan durasi terjadinya kekerasan atau pelecehan seksual juga berpengaruh pada dampak yang ditimbulkan. Semakin sering "frekuensi" atau semakin lama durasi maka trauma yang ditimbulkan pada anak juga semakin besar. Semakin besar trauma yang ditimbulkan, maka semakin panjang waktu untuk pemulihan yang dibutuhkan.
Pada korban pelecehan seksual akan terlihat beberapa tanda dan gejala trauma seperti susah tidur, menjadi enggan bergaul dan memilih menyendiri. Kecemasan dan ketakutan tiada sebab merupakan penanda lain yang harus diwaspadai, orangtua juga patut curiga bila anak seperti kehilangan minta untuk melakukan kegiatan. Jika tidak segera tertangani, maka anak tidak akan mampu menyesuaikan diri dan melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan usianya. Hal tersebut berdampak sangat besar dalam optimalisasi pertumbuhan anak.
Anak Korban Pelecehan Seksual Bisa Sembuh Tapi Tidak Bisa Melupakan
Trauma anak korban kekerasan atau korban pelecehan seksual memang dapat disembuhkan, namun, kenangan buruk itu tidak dapat dilupakan, artinya : adalah kita tidak mungkin membuat seseorang lupa 100% dengan apa yang dialami oleh korban pelecehan seksual, apalagi jika peristiwa tersebut memberikan kesan yang mendalam bagi anak tersebut.
Penanganan trauma anak akibat korban kekerasan seksual, bukan dengan tujuan agar anak atas kejadian tersebut melainkan agar anak tetap dapat beraktivitas sesuai dengan usia dan kemampuannya, dalam masa pemulihan ini, dukungan dan penerimaan yang diberikan oleh lingkungan sosial menjadi faktor penting berhasilnya anak melewati proses.
Ketika orang tua, guru, teman tetap mengajak anak bercakap dan berinteraksi, anak akan merasa bahwa dirinya masih berharga meskipun mengalami hal yang tidak menyenangkan. Selain itu, untuk sementara waktu sebaiknya anak juga dijauhkan dari topik pembicaraan maupun dari tempat-tempat yang akan membuat ia menangis, berteriak, menarik diri dari pergaulan dan akan menjadi ketakutan.
Siapa Yang Rentan Jadi Korban Pelecehan Seksual Pada Anak
Upaya mengatasi kasus pelecehan seksual anak secara hukum telah ada undang-undang yang mengaturnya dengan jelas dan baik, namun upaya pencegahan kurang dilakukan sendiri oleh orangtua. Pelecehan seksual pada anak memang dipengaruhi oleh faktor karakteristik pribadi korban juga tidak bisa dipungkiri menjadi pemicu perilaku kekerasan seksual ini. Misalnya anak yang cantik atau anak yang tumbuh lebih cepat ketimbang teman sebayanya, apalagi jika cara berpakaian-nya juga cukup terbuka. Ini cenderung menarik minat para pelaku pelecehan seksual.
Pelecehan seksual bisa mengintai siapa saja, namun ada anak-anak dengan kepribadian tertentu yang lebih rentan menjadi korban. Salah satunya adalah anak dengan perilaku anak yang mudah dekat dengan orang asing. Akan lebih rentan lagi bila anak tersebut tidak menolak jika disentuh oleh orang asing, dan anak dengan tipe ini akan sulit menyadari bahwa dirinya sedang diperlakukan tidak baik oleh pelaku pelecehan tersebut, begitu juga anak yang pasif, yaitu anak yang cenderung sulit menolak jika berhadapan dengan situasi yang tidak nyaman untuknya. Biasanya juga dapat menjadi korban pelecehan seksual, dan anak tipe ini akan cenderung diam dan sulit memiliki inisiatif untuk mencari pertolongan secara aktif ketika pelecehan sedang terjadi.
Buat Anak Nyaman Untuk Bercerita
Memang menghadapi kekerasan seksual pada anak tidak semudah menghadapi kekerasan seksual pada orang dewasa, kesulitan yang umumnya dihadapi oleh pihak keluarga atau pun ahli saat membantu proses pemulihan korban anak-anak dibandingkan dengan korban yang lebih dewasa adalah kesulitan dalam mengenali perasaan dan pikiran korban saat peristiwa tersebut terjadi.
Anak-anak cenderung sulit mendeskripsikan secara verbal dengan jelas mengenai proses mental yang terjadi saat mereka mengalami peristiwa tersebut, sedangkan untuk membicarakan hal tersebut berulang-ulang agar mendapatkan daftar yang lengkap. Dikhawatirkan akan menambah dampak negatif pada anak karena anak akan memutar ulang peristiwa tersebut dalam ingatan mereka. Idealnya menghadapi anak korban pelecehan seksual dilakukan dengan memberikan rasa aman kepada anak terlebih dahulu untuk bercerita.
Biasanya orang tua yang memang memiliki hubungan yang dekat dengan anak akan lebih mudah untuk melakukannya, berikan pertanyaan yang mudah untuk dijawab dengan singkat dan tepat oleh anak, seperti misalnya "apakah bagian ini (tunjukkan bagian tubuh anak) pernah dipegang atau disentuh orang lain? Jika anak menjawab "ya", maka tanyakan "dimana? Rumah atau sekolah? Setelah tahu lokasinya, orangtua harus menanyakan tentang "siapa" dana "kapan" kejadian itu dilakukan.
6 Tips Mencegah Pelecehan Seksual Pada Anak
Beberapa upaya pencegahan pelecehan seksual pada anak yang efektif adalah sebagai berikut :
1. Berikan pemahaman pada anak mengenai jenis-jenis pelecehan seksual dan jelaskan pada anak, pelecehan seksual dalam bentuk apapun adalah tindakan tidak baik dan melanggar peraturan.
2. Ajarkan anak mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika menemukan adanya tindakan pelecehan seksual, misalnya : berlari ke tempat yang ramai, segera melapor kepada guru atau kepala sekolah, dan sebagainya.
3. Lakukan seleksi dan rekruitmen lengkap yang dilakukan tenaga ahli, seperti psikolog untuk mencegah kemungkinan adanya pelaku pelecehan seksual yang dipekerjakan di tempat yang banyak anak-anak, seperti arena bermain, sekolah, day care, dan lain-lain.
4. Lengkapi setiap sudut bangunan yang diperuntukkan bagi anak-anak dengan camera CCTV, agar pelecehan seksual terdeteksi dengan cepat dan mudah.
5. Lakukan survey dengan baik di tempa-tempat beraktivitas anak saat tanpa pengawasan orang tua, seperti : sekolah, tempat kursus dan tempat lainnya, pastikan tempat tersebut aman bagi anak-anak.
6. Tumbuhkan hubungan baik dengan orang dewasa yang dapat dipercaya sebagai narasumber, yang dapat membantu mengawasi anak ketika orangtua tidak sedang berada bersama dengan anak, misalnya : wali kelas, penjaga kantin, orangtua murid lain, kepala sekolah, dan sebagainya.
Penutup
Selanjutnya, orang tua harus mencari informasi dan data melalui orang-orang yang ada di sekitar anak yang kemungkinan dapat dipercaya untuk memberikan informasi tambahan tentang peristiwa yang dialami oleh anak tersebut. Orangtua juga lebih baik membawa anak untuk berkonsultasi dengan tenaga ahli (psikolog, konselor, psikiater), yang bisa menangani anak-anak korban pelecehan seksual terjadi, sehingga anak-anak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat untuk memulihkan kondisi psikologis anak akibat trauma yang ditimbulkan.
Baca Juga 8 Penyebab Anak menjadi Pelaku Bullying