Sejarah Punden Berundak Situs Gunung Padang Di Kabupaten Cianjur
Thursday, November 22, 2018
klinikabar.com, Sejarah Punden Berundak Situs Gunung Padang Di Kabupaten Cianjur - Jawa Barat, Bangunan berundak Gunung Padang disusun dari batuan vulkanik yang berbentuk persegi panjang yang terdiri dari balok-balok. Batuan ini berfungsi sebagai konstruksi bengunan punden berundak. halaman teras pertama mempunyai bentuk persegi empat dengan ukuran yang lebih luas. Teras ini dibentuk dengan sistem urug serta diperkuat dengan balok-balok batu yang menjadi dinding teras pertama.
Punden Berundak Situs Gunung Padang Di Kabupaten Cianjur
Bangunan vulkanik yang digunakan sebagai konstruksi bangunan punden berundak di situs Gunung Padang merupakan materi yang terbentuk secara alami, terdiri dari berbagai mineral, serta mempunyai pori-pori sehingga dapat dilalui atau dirembesi oleh air. Hal tersebut merupakan faktor yang menentukan kualitas batuan, daya serap air dan kekokohan.
Nilai Kehidupan Masyarakat Perundagian
Nilai hidup dalam masyarakat perundagian semakin berkembang bila dibandingkan dengan masa sebelumnya, misalnya dari segi kepercayaan. unsur yang menonjol dalam kepercayaan masyarakat masa ini adalah pemujaan terhadap nenek moyang. Pengaruh kegiatan ini menimbulkan tata kehidupan yang menjaga agar tingkah laku setiap anggota masyarakat di dunia fana sesuai dengan tuntutan hidup di alam arwah. Keberhasilan segala usaha ditentukan oleh adanya kekuatan supernatural, oleh karena itu maka setiap usaha yang penting harus disertai dengan upacara, khususnya ditujukan untuk memperoleh restu dari arwah nenek moyang.
Untuk menjalin hubungan antara roh nenek moyang dan anggota keluarga khususnya serta anggota masyarakat pada umumnya, maka didirikan bangunan-bangunan besar, atau lebih terkenal dengan nama bangunan megalitik. Dengan didirikannya bangunan ini, masyarakat mengharapkan agar roh nenek moyang di alam arwah memperoleh ketentraman, sehingga roh nenek moyang tersebut akan memberikan kesejahteraan, kesuburan bagi pendiri bangunan megalitik serta pada masyarakat pada umumnya.
Nenek moyang sebagai sumber pemujaan dianggap bersemayam di puncak gunung. oleh karena itu, maka gunung dalam masyarakat perundagian, mempunyai peranan penting, karena gunung dianggap sebagai suatu tempat suci, sumber potensi dan sebagai sumber kesuburan. Dari gunung itulah air keluar, dan kemudian memberi kehidupan bagi sawah-sawah, ladang, binatang peliharaan, maupun semua mahluk hidup di dunia. atas dasar anggapan ini, maka bangunan megalitik pada umumnya didirikan di atas gunung atau diarahkan ke gunung.
Bangunan megalitik sebagai salah satu hasil karya manusia, dapat dikelompokkan menurut bentuk dan fungsinya. berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, misalnya : Menhir, dolmen, bangunan berundak, sarcophagus, kubur peti batu dan sebagainya, sedangkan menurut fungsinya dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok.
Fungsi Bangunan Megalitik
- Kelompok sarana atau tempat pemujaan : bentuk yang digunakan untuk memenuhi tujuan ini adalah bentuk menhir, menhir berkelompok dan bangunan berundak.
- Kelompok perwujudan nenek moyang atau sebagai penolak bala. untuk tujuan ini digunakan jenis-jenis patung sederhana, termasuk di dalam arca menhir.
- Kelompok wadah penguburan, dalam kelompok ini terdapat banyak variasi, misalnya sarcophagus, kubur peti batu, kelamba, waruga, dolmen semu dan watu kandang.
Selain kelompok tersebut, masih ada jenis-jenis bangunan megalitik yang fungsinya masih dipermasalahkan. jenis-jenis itu adalah batu berlubang, batu lumpang dan batu dakon. Bangunan berundak merupakan salah satu bentuk bangunan megalitik yang terdiri dari satu atau lebih undak-undak dari tanah dengan tebing-tebing yang diperkuat dengan batu kali. Di Sumatera Selatan ditemukan beberapa bangunan megalitik yang berbentuk punden berundak.
Di daerah Mingkik ditemukan bangunan berundak dua dengan tebing-tebing yang diperkuat dengan batu kali. tinggi undak bawah 1,5 meter dengan dataran berukuran 4 x 3,5 meter. Di dataran kedua didapatkan dua buah batu tegak dengan sebuah batu kali berbentuk segi empat.
Di Karangdalam ditemukan bangunan batu berundak yang tiap dataran undaknya dilapisi dengan papan batu dan banyak diantaranya berlubang-lubang kecil. diatas susunan batu berundak ini berdiri batu menhir setinggi 1,60 meter. Temuan di Kebon Agung berupa kubur berundak dengan empat nisan yang diukir dengan pola daun dan pola burung. nisan lainnya berbentuk manusia dan dipahat secara sederhana.
Bangunan berundak di Jawa Barat adalah di Kosala, Lebak sibedung, pasir angin Bogor, Leles-Garut, Kuningan dan Kampung Muara. Kosala dan Arca Domas memperlihatkan adanya hubungan dengan orang-orang Baduy yang sampai kini masih hidup terpencil di daerah Banten. Monumen-monumennya berbentuk undak batu. undak batu di Kosala terdiri dari dari lima tingkat, disetiap undak terdapat menhir. kadang-kadang didapatkan sebuah papan batu berbentuk segi lima, di bagian bawah yang tertanam dalam tanah terdapat beberapa buah batu pelor atau batu bulat dengan garis tengah antara 10 - 15 sentimeter.
Didapatkan arca kecil yang melukiskan orang duduk bersila, di dekat susunan undak-undak ini. Kedua tangan dilipat ke depan dan salah satu tangannya mengacungkan ibu jarinya. undak batu di Arca Domas memiliki undak batu 13 tingkat. Di undak paling atas terdapat menhir besar. menurut kepercayaan orang Baduy, menhir ini merupakan lambang dari Batara Tunggal, pencipta roh dan kepadanya pula roh-roh akan kembali.
Lebak Sibedug bangunan berundaknya memiliki undak batu dengan empat tingkat dan tinggi undak batu ini enem meter, di depan menhir yang ditunjang oleh batu-batu kecil. Di Lembah Leles ditemukan bangunan megalitik dari masa prasejarah sampai masa Islam, yang berupa bangunan berundak yang dataran atasnya dipergunakan untuk kuburan masa Islam.
Di daerah Sukabumi didapatkan situs-situs yang kaya akan peninggalan bangunan megalitik, terutama di daerah Cisolok, antara lain di kampung-kampung pangguyangan, Tugugede, Ciarca, dan Salakdatar. situs di Pangguyangan memperlihatkan bangunan berdenah persegi empat dengan orientasi timur barat. bangunan berundak ini terletak pada jarak 95 meter dari jalan yang menghubungkan Pelabuhan Ratu dengan Pangguyangan, untuk sampai pada bangunan ini harus melalui jalan kecil yang menghubungkan bungunan dengan jalan besar.
Jalan ini merupakan dataran berundak-undak dengan lima undak kecil pada tiap dataran. dikanan dan dikiri jalan ini didapatkan batu tegak yang menyerupai menhir. Batu-batu tegak ini merupakan batas jalan yang dibuat dari batu andesit dengan ukuran yang berbeda-beda, tampaknya batu-batu tegak ini tidak mempunyai arti religius. Bangunan berundak ini terdiri dari tujuh tingkatan yang masing-masing berukuran tinggi antara 75 - 90 sentimeter. Bangunan ini memanjang ke belakang dengan ukuran 24 x 19 meter. untuk mencapai tingkat yang paling atas, terdapat jalan kecil dengan lebar 1,15 meter yang terdiri dari tujh undakan.
Seperti halnya dengan jalan masuk jalan kecil ini dilengkapi dengan batu-batu tegak setinggi 80 sentimeter. Pada dataran teratas ditemukan susunan batu-batu yang membentuk formasi persegi empat panjang, pada ujung timur dan barat dari segi empat ini didapatkan batu tegak. bagian inilah yang mungkin menjadi pusat kegiatan pemujaan arwah nenek moyang.
Bahan-bahan batu yang digunakan untuk bangunan berundak ini adalah batu kali yang rata-rata berdiameter 15-20 sentimeter. Disudut-sudut tiap undak terdapat batu tegak setinggi 45 - 60 sentimeter, batu-batu ini mungkin hanya merupakan batas yang memisahkan undak yang satu dengan undak yang lainnya. Di sebelah kanan bagian depan bangunan, pada jarak 2,5 meter dari dinding undak bawah terdapat sebuah batu datar yang berukuran kurang lebih 93 x 38 sentimeter dengan tinggi 12 sentimeter diukur dari muka tanah karena bagian bawah dari batu masih tertanam di dalam tanah.
Undak keempat lebih memanjang ke belakang dan membentuk halaman dengan ukuran panjang 17 meter dan lebar 2,5 meter, di dalam halaman ini didapatkan dua buah batu tegak besar. Disekitar bangunan berundak ini terutama di bagian belakang banyak didapatkan monolit yang besar dan tersebar tanpa aturan.
Penutup
Di situs Tugugede terdapat bangunan berundak terdiri dari sebuah batu setinggi 0,55 meter, di bagian barat dari atas batu ini terdapat empat batu tegak yang dipergunakan sebagai tonggak penguat undak. Diatas undak ini tampak adanya tujuh pondasi bangunan, di tengah-tengah terdapat pondasi yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 11,60 meter di depan undak terbesar masih didapatkan tiga pondasi yang merupakan sisa bangunan berundak yang masing-masing berukuran 6,5 x 6,5 meter.
Pada bagian tenggara dari bangunan masih ada lagi satu bangunan berundak yang ditandai oleh sebuah batu tegak besar dan di sebelah utara batu tegak ini terdapat menhir-menhir kecil dari kepingan-kepingan batu dengan ukuran antara 25-30 sentimeter.
Source : Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAA)
Baca Juga 5 Penyebab Kerusakan Dan Pelapukan Punden Berundak Situs Gunung Padang
Baca Juga 5 Penyebab Kerusakan Dan Pelapukan Punden Berundak Situs Gunung Padang