Aspek Flora Arkeologis Situs Pasir Lulumpang Di Kabupaten Garut
Sunday, November 25, 2018
klinikabar.com, Aspek Flora Arkeologis Situs Pasir Lulumpang Di Kabupaten Garut - Lingkungan alam Pasir Lulumpang ditandai oleh tanaman (flora) yang pada saat ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok sebelah utara banyak ditumbuhi oleh tanaman kertas seperti pohon jati (tectonia grandis), tanaman buah-buahan seperti mangga (mangifera sp) dari famili anacardiaceae, jambu (syzygium sp) dari famili moraceae, pohon waru (hibiscus similis) dari famili malvaceae, kiara, sejenis pohon perdu, bambu (bambusa sp) dari famili gramineae, alang-alang (imperata cylindrica), rumput gajah (pennisetum purpureum), kaliandra dan lain-lain.
Sedangkan kelompok sebelah selatan diolah menjadi tempat tanaman palawija seperti singkong (manihot utilissima), jagung (zeamays), cabe (capsium annum), dan pisang (myrisa sp) dari famili musaceae, dan tanaman palawija lainnya.
Situs Pasir Lulumpang sebenarnya berlokasi pada satu daerah dengan daya dukung yang berbukit-bukit, serta dekat dengan sumber air tawar, yaitu dari Rawa gabus. Daerah seperti ini cukup strategis dipandang dari segi keamanan maupun dari segi ritual. Oleh karena itu Pasir Lulumpang berpotensi cukup sebagai tempat upacara yang terkait dengan komunitas hidup dari suatu tempat hunian.
Berdasarkan kepada konsepsi kepercayaan atau pemujaan terhadap arwah nenek moyang yang pada umumnya dianggap bertempat tinggal di puncak gunung atau bukit. Keyakinan bahwa bukit sebagai tempat pemujaan tergambar dengan adanya pola konstruksi punden berundak di Pasir Lulumpang dan pasir-pasir lainnya di sekitar rawa Ranca Gabus. Ini menunjukkan bahwa antara situs Pasir Lulumpang dengan situs Pasir atau Bukit lainnya terdapat persamaan.
Bentuk Peninggalan Budaya Di Garut
Adapun pengamatan terhadap bentuk-bentuk peninggalan budaya masa lampau selain artefak batu lumpang tidak terdapat tanda-tanda yang menunjukkan proses kegiatan teknologi (produksi) di Pasir Lulumpang. Hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ditemukan indikasi yang mengarah ke aktivitas perbengkelan, seperti sisa-sisa pengerjaan gerabah, sumber tanah liat, logam dan batuan, kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa benda yang ditemukan di situs tersebut berasal dari luar atau bukan berasal dari tempat tersebut.
Adapun temuan batu lumpang, menunjukkan diproduksi di lokasi tersebut, karena hasil ekskavasi di sekitar batu lumpang I dan batu lumpang 7 menemukan indikasi adanya aktivitas produksi berupa sebaran pecahan batu pada kedalaman 0-20 cm. Pecahan batu tersebut diperkirakan berasal dari proses pembuatan batu lumpang.
Berdasarkan jenis dan konteksnya, temuan Pasir Lulumpang termasuk kedalam kategori idioteknik, sehingga melahirkan asumsi bahwa situs Pasir Lulumpang merupakan situs upacara yang didukung oleh keletakan situs yaitu di tempat yang tinggi. Tempat-tempat yang tinggi seperti bukit dan gunung atau tempat yang ditinggikan, merupakan lokasi terpilih yang sering dianggap sebagai tempat yang suci atau sakral.
Kegiatan upacara memiliki beberapa komponen, antara lain pelaku upacara, dan situs upacara itu sendiri merupakan salah satu komponen sistem permukiman. Berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan serta mengacu kepada pembahasan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa hubungan situs dan aktivitas budaya pernah berlangsung di situs Pasir Lulumpang dalam aktivitas ritual.
Tinjauan semi makro situs Pasir Lulumpang dan situs-situs di sekitarnya secara horizontal menunjukkan adanya sebaran situs arkeologi yang dapat dikelompokkan kedalam situs Prasejarah era Megalitik, situs-situs tersebut menunjukkan gejala arkeologi yang sama, yaitu terdapatnya sebaran-sebaran batu-batu besar di puncak bukit.
Perbedaan Batu Yang Digunakan Di Situs Psir Lulumpang Dengan Era Megalitik
Perbedaan yang mencolok dengan di situs Pasir Lulumpang adalah batu besar di bukit ini dipahat dengan berbentuk lumpang. Di situs ini juga ditemukan sebaran fragmen gerabah dan obsidian, sedangkan di situs yang lain belum ditemukan indikasi tersebut. Kenyataan tersebut mengindikasi bahwa persentase aktivitas masyarakat masa lampau lebih banyak dilakukan di situs Pasir Lulumpang.
Dipilihnya Pasir Lulumpang sebagai tempat beraktivitas, karena Pasir Lulumpang memiliki potensi lebih diantaranya lokasinya yang ideal untuk pertahanan dan kegiatan ritual (upacara), dekat dengan sumber air tawar, yaitu kurang dari 100 meter terdapat rawa Ranca Gabus. Rawa Ranca Gabus selain sebagai sumber air tawar juga merupakan sumber daya pangan, karena kata "Gabus" sendiri menunjukkan pada nama salah satu jenis ikan yang hidup di air tawar.
Berdasarkan pada jenis dan konteksnya, bahwa tempat yang tinggi seperti bukit, gunung atau tempat yang ditinggikan, merupakan lokasi terpilih yang sering dianggap sebagai tempat suci atau tempat yang sakral. Oleh karena itu maka temuan di situs Pasir Lulumpang dapat dimasukan dalam kategori idioteknik, sehingga dapat diasumsikan bahwa situs tersebut merupakan suatu situs upacara.
Bukti lain yang cukup mendukung asumsi tersebut adalah ditemukannya fitur berbentuk gunungan dengan pondasi berbentuk segi empat, lingkungan situs yang berbentuk teras berundak, dan artefak batu lumpang sebagai pendukung sarana upacara.
Situs ini juga ditandai dengan munculnya beberapa penemuan berupa penguasaan sumber daya alam dan pengenalan teknologi pembuatan alat-alat batu obsidian dan benda-benda gerabah, artefak tersebut pada umumnya dipakai sebagai sarana mengolah makanan dan bercocok tanam, hal ini memberikan indikasi bahwa masyarakat sudah mulai menetap.
Bahwa lingkungan dengan sumber air yang berlimpah akan menarik manusia untuk menempatinya. apabila keadaan tersebut dikaitkan dengan kondisi topografi situs Pasir Lulumpang dan temuan artefak gerabah serta tatal batu obsidian maka tampak adanya kesesuaian, sehingga memperkuat dugaan adanya hubungan antara kondisi lingkungan alam dan aktivitas budaya.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa peninggalan masa prasejarah berupa Pasir (bukit) Lulumpang dengan topografis berbentuk lereng serta penataan lahan yang berbentuk punden berundak, dan temuan artefak berupa lumpang batu yang sangat sederhana menggambarkan bahwa kebudayaan yang pernah berkembang di situs Pasir Lulumpang berasal dari masyarakat sederhana masa megalitik.
Perkembangan budaya yang pernah terjadi di situs Pasir Lulumpang mampu menciptakan benda-benda yang umumnya memanfaatkan sumber daya alam disekitarnya, walaupun data arkeologi yang menunjang pendapat tersebut masih belum cukup.
Penutup
Pengaruh aktivitas masyarakat masa lampau terhadap lingkungan situs berupa bertambah baiknya daya dukung terhadap lahan yang ditunjukkan dengan adanya aktivitas konservasi. hal ini tampak pada tata guna lahan dengan adanya tanaman bambu di kaki gunung dan lereng-lereng bukit yang diperkirakan berasal dari masa lampau, karena seperti diketahui bahwa bambu sudah dikenal sejak masa prasejarah dan merupakan spesies tanaman lokal yang banyak tumbuh di daerah tropis.
Pembuatan teras berundak yang didukung oleh tatanan batu mempunyai fungsi ganda, selain berfungsi dalam aspek religi, juga berdampak positip terhadap lahan kerana dapat mengurangi terjadinya erosi tanah yang disebabkan oleh curah hujan. Fungsi lainnya adalah dapat mempertahankan daya dukung lahan dan kesuburan tanah sebagai tempat bercocok tanam tetap terjaga sehingga manusia dapat memanfaatkan untuk menunjang kehidupannya.
Source : Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI)