Aspek Budaya Arkeologis Situs Pasir Lulumpang Di Kabupaten Garut
Sunday, November 25, 2018
klinikabar.com, Aspek Budaya Arkeologis Situs Pasir Lulumpang Di Kabupaten Garut - Adapun yang dimaksud dengan budaya atau kebudayaan adalah merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan berpola, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan merupakan salah satu cara beradaptasi terhadap lingkungan. dan ciri dari suatu tekanan lingkungan yang spesifik adalah berperan sebagai timbulnya perubahan kebudayaan.
Sistem budaya sebagai kesimpulan sejumlah subsistem, yaitu subsistem sosial, ekonomi, fan lingkungan alam yang keseluruhannya diintegrasikan oleh putaran arus bolak-balik. Dengan demikian kebudayaan dapat diasumsikan bahwa itu merupakan sistem yang saling terkait dengan lingkungan sehingga antara bentuk kebudayaan dengan ekologi budaya adalah dua sisi yang memiliki nilai yang sama dan masing-masing saling terkait mengatur satu dengan lainnya.
Manusia telah memanfaatkan lingkungan dengan cara mengelola, membudidayakan, memelihara, maupun merusak lingkungan untuk kehidupannya, bahwa secara langsung atau tidak langsung, manusia bergantung kepada lingkungan alam dan fisik tempatnya hidup. Sebaliknya, aktivitas manusia juga menentukan baik atau buruknya kualitas lingkungan hidupnya atau dengan kata lain hubungan antara manusia dengan lingkungan akan mempengaruhi kebudayaan.
Kebudayaan Masyarakat Zaman Dulu Di Pasir Lulumpang Garut
Lalu bagaimana hubungan antara manusia dalam hal ini kebudayaan dengan lingkungan alam sekitarnya yang pernah terjadi di Situs Pasir Lulumpang? Dalam upaya memahami hubungan manusia dan lingkungan masa lampau di situs Pasir Lulumpang digunakan kerangka analisis melalui pendekatan arkeologi ruang.
Arkeologi ruang merupakan salah satu studi khusus dalam bidang arkeologi yang lebih memfokuskan pada pengkajian dimensi ruang (spatial). Studi ini menitikberatkan kepada sebaran dari benda-benda dan situs-situs arkeologi, kemudian hubungan antara benda dengan benda, dan antara situs dengan situs, serta hubungan antara benda dan atau situs dengan lingkungan fisiknya sebagai sumberdaya.
Arkeologi ruang tidak hanya mengkaji hubungan lokasional atau keruangan antar artefak, tetapi juga dengan dan antara bentuk-bentuk data arkeologi yang lain seperti struktur ata fitur, situs, dan lingkungan fisik. pendekatan ini lebih menekankan pada benda-benda arkeologi sebagai kumpulan atau himpunan dalam satu ruang bukan sebagai suatu entitas, dengan demikian titik perhatian lebih ditekankan pada aspek sebaran dari benda-benda dan situs-situs arkeologi.
Oleh karena itu persebaran situs yang merupakan bukti dari okupasi manusia beserta jejak-jejak kegiatan diasumsikan sebagai perwujudan dari gagasan. Beberapa ahli menyatakan bahwa hubungan antara manusia dalam hal ini budayanya dengan lingkungan mempengaruhi kebudayaan yang dihasilkan atau sebaliknya.
Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan alam dan manusia, maka beberapa faktor yang terdapat di sekeliling manusia menjadi pengatana yang menentukan, sehingga pengetahuan tentang habitat organisme, serta komponen-komponen lain di sekeliling situs sangat diperlukan.
Dalam upaya memahami keadaan lingkungan serta kehidupan manusia pada masa lampau perpaduan antara data arkeologi dan ekologi akan sangat membantu. Demikian pula kondisi lingkungan budaya menjadi hal yang penting agar supaya dapat menafsirkan hubungan fungsional antara kebudayaan dan lingkungan.
Dalam pengamatan ekosistem Pasir Lulumpang dan sekitarnya, interaksi antar manusia dengan lingkungan menunjukkan gejala yang rumit dibandingkan dengan unit-unit abiotik yang didekatnya, karena manusia mengenal proses adaptasi demi kelangsungan hidupnya. Tingkah laku untuk mempertahankan hidupnya adalah dengan mengubah lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga sumber daya alam yang tersedia, seperti flora, fauna dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan menggunakan sedikit mungkin energi.
Manusia berinteraksi antar sesamanya dengan membentuk suatu lingkungan sosial yang tercermin dalam tingkah laku ritual dan tata kemasyarakatan. Permasalahan selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara pendukung budaya Pasir Lulumpang dengan lingkungan alamnya berkaitan dengan eksplorasi dan penguasaan sumber daya alam, serta untuk mengetahui bagaimana strategi masyarakat Pasir Lulumpang berkaitan dengan ekosistemnya dalam kehidupan sosio ekonomi dan religi.
Berdasarkan fungsinya hasil budaya dapat digolongkan menjadi tiga bentuk arkeologi, yaitu sebagai teknofak, ideofak, dan sosiofak, meskipun tidak berarti bahwa setiap artefak hanya bisa dimasukan ke dalam salah satu golongan saja, melainkan suatu artefak sekaligus dapat menggambarkan ciri-ciri teknofak, sosiofak, serta tidak menutup kemungkinan dapat menggambarkan ciri-ciri ideofak.
Adapun artefak dari Pasir Lulumpang yang berhasil diketahui fungsinya adalah artefak yang berciri teknofak atau artefak hasil teknologi,berupa lumpang batu dan teras berundak yang terbuat dari tatanan batu yang disusun secara vertikal. Lulumpang batu dan teras berundak ini menggambarkan artefak yang berfungsi sebagai ideofak karena artefak tersebut dipandang mempunyai nilai kesucian oleh masyarakat yang menganut konsepsi atau pemujaan terhadap arwah nenek moyang.
Artefak-artefak yang ditemukan dari Pasir Lulumpang umumnya terletak di permukaan teras kesepuluh dihitung dari teras paling bawah, serta dibuat dari batu andesit yang berukuran panjang 70 cm, lebar 40 cm. Lubang lumpang berbentuk kerucut dengan diameter mulut berbentuk bundar berdiameter 10 cm dan dalamnya 6 cm. Berjarak 5,4 meter ke sebelah timur, tepatnya di teras 12 juga terdapat batu lumpang 3 yang terbuat dari batu andesit berukuran 170 cm x 170 cm dan kedalamannya 18 cm.
Selanjutnya berjarak 7,9 meter dari batu lumpang 3 ke arah sebelah timur ditemukan batu lumpang 2, berukuran panjang 110 cm dan lebar 80 cm juga terbuat dari batu andesit. Batu lumpang ini mempunyai lubang berbentuk kerucut terpancung dengan diameter permukaan 23 cm, diameter dasar sekitar 10 cm, dan kedalamannya 20 cm. Di teras yang sama tepatnya berjarak 6,25 meter dari batu lumpang 2 ke arah sebelah timur ditemukan batu lumpang 1, terbuat dari jenis batu yang sama berukuran panjang 80 cm dan lebar 50 cm.
Lubang lumpang terbentuk kerucut dengan diameter 22 cm dan kedalaman 16 cm. pada batu lumpang ini, tepatnya 20 cm dari tepian lubang lumpang ditemukan 4 buah lubang kecil yang berderet dari barat ke timur dengan ukuran panjang 5 cm, lebar 3 cm, dan dalamnya 3 cm. jarak antara lubang satu dengan yang lain 6 cm.
Berjarak 17,5 meter ke sebelah barat daya batu lumpang 1 ditemukan sekelompok batu, salah satu dari kelompok batu andesit ini berbentuk mirip silinder yang ditopang oleh beberapa batu berukuran kecil. Batu ini mempunyai permukaan cekung yang panjangnya 20 cm dan lebar 10 cm, serta dan kedalaman 4 cm. untuk memudahkan selanjutnya disebut sebagai batu lumpang 6, karena batu ini diduga dimanfaatkan sebagai lumpang.
Selanjutnya berjarak 10,65 meter ke arah timur dari batu lumpang 6 ditemukan kelompok batu andesit lain dan salah satu batu yang terbesar pada permukaannya terdapat cekungan panjang 20 cm, lebar 15 cm, dan dalam 3 cm. Batu ini juga ditopang oleh beberapa batu berukuran lebih kecil, diduga batu tersebut juga mempunyai fungsi yang sama sebagai batu lumpang, selanjutnya disebut sebagai batu lumpang 7. secara keseluruhan deretan batu lumpang tersebut membujur dari barat ke timur.
Temuan fitur dari Pasir Lulumpang adalah bagian ujung sebelah barat laut teras ke 9, ditemukan adanya tatanan batu vertikal yang membentuk bagian dari ujung teras ke 9, pada jarak 1,6 meter ke arah barat daya dari ujung teras tersebut ditemukan bagian ujung teras lain yang menyerupai kelanjutan dari teras 9, tetapi arahnya berlawanan.
Terdapatnya dua bagian ujung teras yang berhadapan ini menyerupai pintu masuk teras atau jalan masuk. fitur lainnya adalah sekitar 20 meter ke arah utara dari batu lumpang I terdapat fitur timbunan batu yang membentuk pola geometris dengan ukuran panjang 4 meter dan lebar 3,5 meter dan tinggi sekitar 20 cm.
Bentuk fitur yang sama juga ditemukan di bagian selatan dari Pasir Lulumpang atau pada jarak sekitar 100 meter ke arah selatan dari kelompok batu lumpang. Fitur ini berupa gundukan batu yang menyerupai gunungan dengan bagian dasarnya berbentuk berbentuk segi empat. Bagian dasar dari fitur gunungan tersebut terbuat dari tatanan batu vertikal setinggi 1 meter, panjang 4,8 meter, lebar 3,5 meter, dan sebelah utara fitur ini juga ditemukan artefak batu berlubang tiga dengan panjang lubang masing-masing 5 cm dan lebar 3 cm dengan posisi terguling.
Penutup
Pada jarak sekitar 30 meter ke arah timur terdapat bentuk fitur serupa, temuan lepas lainnya yang berhasil dijaring adalah fragmen gerabah sebanyak 23 buah, fragmen besi, batu giling (gandik) dan batu obsidian 1 buah. Gerabah yang ditemukan selama kegiatan survei dan ekskavasi di situs Pasir Lulumpang umumnya dalam kondisi tidak utuh atau berupa fragmentasi. Dilihat dari teknik pembuatan gerabah sudah halus dan diperkirakan teknik roda putar telah digunakan, serta umumnya berupa gerabah polos dengan ketebalan yang bervariasi.
Artefak logam yang ditemukan berupa fragmen besi yang sudah berkarat, sedangkan batuan obsidian ditemukan dari kegiatan ekskavasi dan survei umumnya berupa tatal dan beberapa diantaranya diduga pernah digunakan sebagai alat.
Baca Juga Etnosejarah Situs Benteng Sabut Di Tulangbawang Lampung
Baca Juga Etnosejarah Situs Benteng Sabut Di Tulangbawang Lampung
Source : Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI)